INILAH MAKANAN KESUKAAN ANAK-ANAK

Apakah Anda suka dengan makanan burger, hotdog dan nugget ? Nah dari 3 nama makanan tersebut, ada sederatan makanan yang sangat di idamkan oleh si kecil. Seperti yang dilansir dari situs resmi detik food disebutkan bahwa beberapa makanan tersebut menjadi makanan favorit anak-anak di Amerika dan mungkin juga anak-anak di dunia karena rasa yang renyah, gurih dan enak. Apakah anak Indonesia juga menyukai makanan tersebut ? Mari kita simak.

Makanan yang ada pasta dan keju juga merupakan kombinasi manakan yang lezat dan sangat digemari oleh anak-anak. Menurut U.S. Departemen of Agriculture (USDA), satu cangkir pasta keju kemasan mengandung sekitar 260 kalori. Bila Anda membeli pasta di swalayan, maka pilihlah pasta dari gandum agar lebih sehat. Jika Anda membuatnya sendiri dirumah, gunakan keju dan susu yang rendah lemak untuk menghindari obesitas.

thunder_road_full-300dpi

Humberger. Yups siapa yang belum pernah mencoba makanan ini ? Humberger yang merupakan makanan cepat saji di restoran membuat si kecil langsung meliriknya dengan gesit karena favorit. Hamburgur yang kaya akan protein namun sayangnya humberger mengandung banyak lemak, kalori dan sodium. Tambahkan pula sayuran seperti bayam dalam isisan burger agar lebih sehat. Dan perlu di ingat, ahli gizi menyarankan agar si kecil hanya makan burger sekali dalam seminggu. Jangan berlebihan ya bunda ketika memanjakan si kecil.

Urutan selanjutnya adalah roti dengan selai kacan dan jelly. Waah jadi teringat film kartun Spongebob yang suka membuat burger dengan selai jelly nya. Nah, hidangan yang populer dengan sebutan peanut butter and jelly ini sangatlah praktis sehingga sering dijadikan bekal sekolah si kecil. Cukup dengan panggang roti tawar dan oleskan selai kacang dan jelly favoritnya, bekal pun siap untuk dibawa.

Agar lebih sehat, bunda bisa mengganti selai kacang dengan pilihan yang alami atau mengandung sedikit lemak. Ganti juga roti tawar putih dengan roti gandum agar kebutuhan serat si kecil terpenuhi.

Menu makanan selanjutnya adalah nugget ayam. Nugget ayam sangat disukai anak-anak karena rasanya yang gurih. Tidak hanya lezat, nugget ternyata kaya akan protein. Agar lebih menyehatkan, baiknya hidangkan nugget untuk si kecil dengan pelengkap berupa sayuran seperti brokoli rebus atau salad. Membuat nugget sendiri juga bisa jadi pilihan yang sehat karena Anda bisa memanggangnya. Hal ini bisa dilakukan agar si kecil tidak terlalu banyak mengkonsumsi banyak lemak dan kalori yang didapat dari proses penggorengan nugget.

pizza-1

Pizza. Lezat bukan ketika kita mencoba memakan pizza. Roti panggang dengan saus tomat dan topping keju memang membuat pizza jadi menu makan favorit anak-anak. Namun, perlu juga diperhatikan nilai nutrisi yang terkandung dalam pizza. Menurut U.S. Departement of Agriculture (USDA) tiap 1 potong pizza keju ukuran medium mengandung sekitar 215 kalori. Untuk pilihan lebih sehat, tambahkan minimal satu jenis sayuran sebagai topping pizza dan pilihlah jenis thin-crust yang lebih tipis.

resep-spesial-spageti-saus-kornet-sapi-nikmat

Spaghetti. Anak modern mana sih yang tak kenal makanan Italia ini? Menjamurnya restoran cepat saji yang ada di daerah membuat banyak orang kian mudah menikmati spaghetti. Belum lagi munculnya rasa gengsi dalam tren gaya hidup yang kurang tepat membuat makanan cepat saji ini ternyata tidak selalu sehat. Claire McCarthy, ahli gizi asal Amerika menuturkan tingginya kegemaran si kecil tentang spaghetti bukan artinya harus mengajaknya pergi ke restoran siap saji setiap hari. Anda bisa membuatkannya sendiri di rumah dengan kombinasi sayuran dan protein seperti daging dan ikan yang bisa memenuhi kebutuhan gizi hariannya.

Bakso ternyata menjadi salah satu makanan anak modern secara global, begitu lansiran Live Strong. Namun bentuk bakso Indonesia tentu tak sama dengan bakso yang ada di negara lainnya. Banyaknya penggunaan vetsin pada beberapa makanan ini dapat mengganggu proses tumbuh kembang anak. Claire menyebutkan jika penyedap makanan buatan dan MSG mengandung sodium yang cukup tinggi. Zat ini bisa melemahkan daya pikir jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Solusinya, buatkan bakso sendiri di rumah dengan komposisi zat gizi yang lebih lengkap. Pilihlah daging rendah lemak dan sajikan bakso ini dengan tambahan sayuran yang lengkap.

PARENTING ISLAMI : MENGAJARKAN BERBUSANA MUSLIM

PARENTING ISLAMI : MENGAJARKAN BERBUSANA MUSLIM

Bagaimanakah parenting islami mengajarkan anak unutk berjilbab atau menutup aurat sejak dini ? Ayah dan Bunda tentu telah mengetahui tentang hukum dari berjilbab dan menutup aurat bagi seorang muslimah. Yaps, benar sekali bahwa hukumnya ialah wajib. Hukum ini berlaku ketika anak perempuan telah mencapai masa balighnya. Oleh karena itu, dalam parenting islami, orang tua wajib mengajarkan anak untuk berjilbab. Namun, cara yang orang tua terapkan dalam mengajarkan anaknya untuk berjilbab seringkali belum tepat. Banyak orang tua yang baru mengajarkan anaknya untuk berjilbab ketika mereka sudah tumbuh menjadi dewasa. Apakah hal ini salah ? Tentu tidak, tetapi hal ini belum tepat ya bund.

Alangkah baiknya jika kedua orang tua mengetahui cara parenting islami untuk mengajarkan anak berjilbab sejak dini sehingga mereka bisa menerapkannya. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta sang anak terhadap jilbabnya dan tubuhnya. Tidak hanya itu, sang anak juga bisa mengetahui sedari dini bahwa jilbab ialah salah satu identitas dari seorang muslimah yang harus selalu mereka jaga. Tidak hanya sekadar mengajarkan hal itu, orang tua juga harus memiliki kemampuan untuk melatih anak-anaknya berjilbab dalam kesehariannya. Dengan demikian, mereka akan terbiasa memakai jilbab sejak kecil dan kelak ketika mereka sudah dewasa, mereka tidak akan merasa asing lagi dengan jilbab.

Berikut ini cara parenting islami untuk mengajarkan anak menutup aurat sejak dini.

Cara yang bisa dilakukan dalam parenting islami, yaitu mengenalkan anak berjilbab sejak dini. Orang tua bisa mengenalkan jilbab sejak mereka masih kecil dengan cara membiasakan mereka untuk memakai pakaian muslimah secara bertahap, seperti memakaikan kerudung dan baju panjang. Tidak perlu setiap saat, lakukan saja ketika mereka keluar rumah atau saat berpergian. Dalam hal ini, penting bagi orang tua, terutama Bunda, untuk memilihkan bahan yang cocok untuk sang anak. Pilihkan bahan yang mudah menyerap keringat sehingga membuat anak tidak gerah dan nyaman ketika memakainya.

Pilihkan model pakaian muslimah sesuai dengan kesukaan anak agar anak senang mengenakan pakaian muslimah dan berjilbab sejak dini dalam kesehariannya. Orang tua bisa memilihkan model, warna, dan motif yang anak sukai, tetapi tetap sederhana dan tidak berlebihan. Seperti yang telah kita ketahui bahwa perkembangan fashion muslimah sangat berkembang pesat saat ini, tidak hanya untuk kalangan dewasa, tetapi juga kalangan anak-anak. Hal ini tentunya bisa dimanfaatkan oleh orang tua untuk memilih model yang tepat untuk anaknya.

Berilah motivasi dan pujian pada anak. Untuk anak bayi atau balita, mungkin mereka belum mengerti manfaat dari berjilbab itu seperti apa atau ketika orang tua memberikan motivasi dan pujian kepada mereka. Namun, ketika anak tumbuh besar, mereka akan mulai bertanya-tanya kegunaan dari berjilbab. Dalam parenting islami, jelaslah di sini terbisa tugas orang tua untuk bisa memberikan penjelasan kepada sang anak yang tentunya harus disesuaikan dengan usia dari anak tersebut. Memberikan motivasi dan pujian kepada anak juga perlu dilakukan agar anak merasa bahwa yang mereka lakukan merupakan suatu hal baik, seperti “Kamu anggun sekali, Nak, memakai jilbab ini. Bunda bangga sama kamu. Dipakai terus ya jilbabnya kalau keluar rumah!” atau “Allah pasti sayang sekali sama kamu, Nak, karena kamu mau menuruti yang sudah Allah perintahkan untuk anak perampuan, yaitu berjilbab.” Dengan demikian, anak akan termotivasi dan senang untuk selalu berjilbab.

PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM

PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM

Tahukah bunda bahwa kesuksesan adalah cita-cita yang panjang dengan titik akhir di Negeri Abadi ? Belumlah sukses bila anak-anak mu menyandang gelar atau jabatan yang tertinggi, atau mengumpulkan kekayaan terbanyak. Sebenarnya semua itu tidaklah seberapa penting bila dibandingkan dengan nilai ketakwaam. Mungkin itu semua hanyalah jalan menuju kesuksesan sejati atau bahkan dapat menjadi penghalang kesuksesan sejati.

sumber foto : https://i1.wp.com/obatrindu.com/wp-content/uploads/2016/11/Muslim-Kids-253.jpg

Allah Yang Maha Mencipta berfirman dalam KitabNya:

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS 3:185)

Nah begitulah bund, hidup ini hanya kesenangan yang menipu, maka jangan sampai tertipu dengan tolak ukur yang semu. Pangcangkanlah cita-cita untuk anak-anakmu di negeri abadi, dan ajarkanlah mereka mengenai cita-cita ini. Bolehlah jika mereka mempunyai beragam cita-cita dunia, akan tetapi jangan sampai ada yang tidak ingin punya cita-cita akhirat.

Setelah memiliki harapan cita-cita untuk anak, maka cobalah bunda mulai memahami anak-anak. Ada dua hal yang perlu bunda amati dari sang anak, Pertama amati sifat khas masing-masing. Tidak ada dua manusia yang sama dan serupa seutuhnya. Tapi manusia itu unik, fahami keunikan masing-masing dan hormati keunikan pemberian Allah SWT.

Yang kedua, bunda fahami pada tahap apa ketika anak berada. Allah mengkodratkan segala sesuatu sesuai tahapan dan prosesnya. Anak-anak merupakan amanah pada kita, juga dibesarkan dengan tahapan-tahapan.

Tahapan sebelum kelahiran merupakan alam arwah. Nah pada tahap ini kita mulai mendidik dengan menjalankan ibadah, amal ketaatan pada Allah dan juga dengan selalu menjaga hati dan badan kita secara prima. Itulah kebaikan dan pendidikan pertama kita pada sang buah hati.

Sedangkan pendidikan anak dalam Islam menurut Sahabat Ali bin Abithalib ra dapat dibagi menjadi 3 tahapan atau penggolongan usia :

1. Tahap bermain, di saat dari lahir hingga kira-kira 7 tahun
2. Tahap penanaman kedisiplinan, ini kira-kira dari usia 7 tahun hingga 14 tahun
3. tahap kemitraan dimulai dari usia 14 tahun ke atas.

Ketiga tahapan pendidikan tersebut diatas memiliki karakteristik pendekatan yang berbeda sesuai dengan perkembangan kepribadian anak yang sehat. Begitulah kita coba memperlakukan mereka sesuai dengan sifatnya dan tahapan hidupnya.

METODE PENDIDIKAN

Dua pemikir Islam yakni Muhammad Quthb (Manhaj Tarbiyah Islamiyah) dan Abdullah Nasih ‘Ulwan (Tarbiyatul Aulad Fil Islam) memiliki 5 metode pendidikan dalam Islam :

1. Melalui keteladanan atau Qudwah
2. Pembiasaan atau Aadah
3. melalui Pemberian Nasehat atau Mau’izhoh
4. Melaksanakan Mekanisme Kontrol atau Mulahazhoh
5. Merupakan pengaman hasil penddikan adalah Metode Pendidikan melalui sistem sanksi atau Uqubah

Nah setelah membahas mengenai metode, selanjutnya isi pendidikan itu sendiri. hal apa saja yang perlu kita berikan kepada mereka sebagai amanah dari Allah SWT ? Setidaknya ada 7 bidang Tarbyah Islamiyah :

– Pendidikan keimanan
– Pendidikan Akhlaq
– Pendidikan Fikroh atau Pemikiran
– Pendidikan Fisik
– Pendidikan Sosial
– Pendidikan Kejiwaan atau Kepribadian
– Pendidikan Kejenisan (sexual education)

Kira-kira pribadi yang seperti apakah yang diharapkan oleh bunda pada diri anak ? Mudah-mudahan seperti yang ada pada sepuluh poin target pendidikan islam itu sendiri, yakni :

  1. Selamat aqidahnya,
  2. Benar ibadahnya,
  3. Kokoh akhlaqnya,
  4. Mempunyai kemampuan untuk mempunyai penghasilan,
  5. Jernih pemahamannya,
  6. Kuat jasmaninya,
  7. Dapat melawan hawa nafsunya sendiri,
  8. Teratur urusan-urusannya,
  9. Dapat menjaga waktu,
  10. Berguna bagi orang lain.

MEMBACA BUKU DI IRINGI ALUNAN MUSIK

Apakah membaca buku sambil mendengarkan musik menjadi kebiasaan Anda maupun anak Anda ? Apakah musik tak dapat dipisahkan dari diri Anda ? Di mana ada Anda, di situ pasti ada musik, tak terkecuali saat Anda sedang membaca buku. Baiklah, mungkin bagi sebagian orang, mendengarkan musik saat membaca buku merupakan hal yang wajib. Keheningan saat membaca buku sangatlah terasa menyebalkan. Nah dengan musik, paling tidak, kita dapat melenyapkan perasaan sebal tersebut.

Begitupun sebaliknya ketika membaca buku di tempat yang ramai, seperti perpustakaan. Mendengarkan musik dapat menjadi cara terbaik untuk menghindari keriuhan yang terjadi di dalamnya.

Akan tetapi, pernahkah kalian bertanya-tanya pengaruh musik terhadap efektifitas kegiatan membaca ? Pernahkah Anda mencoba membandingkan efektifitas kegiatan membaca buku sambil mendengarkan musik dan ketika Anda membaca buku tanpa

Penasaran bukan ? Ingin tahu pengaruh musik terhadap kegiatan membaca buku ?

Kegiatan Multitasking

Kegiatan multitasking merupakan kegiatan yang terdiri dari dua tugas atau lebih yang dilakukan dalam waktu bersamaan. Dalam hal ini, membaca buku sambil mendengarkan musik merupakan salah satu contohnya didalamnya.

Pertanyaannya, apakah kegiatan multitasking itu efektif ?

Pada tulisan yang berjudul Technology: Myth of Multitasking, seorang pakar psikologi dari Universitas San Francisco, Jim Taylor menjelaskan bahwa efektifitas kegiatan multitasking dipengaruhi oleh jenis tugas yang terlibat. Lebih dalam lagi, dalam tulisan itu, Taylor menjelaskan bahwa efektifitas kegiatan multitasking tak terganggu manakala :

1. Salah satu tugas merupakan tugas yang otomatis

Efektifitas multitasking tak tergaunggu manakala salah satu tugas yang terlibat di dalamnya merupakan tugas otomatis. Maksud otomatis adalah bahwa dalam pelaksanaannya, tak diperlukan konsentrasi dan fokus.

Sebagai contoh aktivitas menonton TV sambil mengunyah permen. Tugas mengunyah permen merupakan tugas yang otomatis. Kita tidak butuh konsentrasi saat mengunyah permen. Bahkan, tugas mengunyah permen bisa kita lakukan tanpa kita sadar.

Nah, dalam aktivitas menonton TV sambil mengunyah permen, karena tugas mengunyah permen tak membutuhkan konsentrasi, atau dalam kata lain, karena tugas mengunyah permen merupakan tugas yang otomatis, maka tugas itu tak akan mengganggu konsentrasi kita saat menonton TV. Kegiatan menonton TV tak terganggu karena kegiatan mengunyah permen; Keduanya dapat dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

2. Tugas-tugas yang terlibat melibatkan fungsi otak yang berbeda-beda

Efektifitas multitasking juga tak terganggu manalaka tugas-tugas yang terlibat di dalamnya melibatkan bagian otak yang berbeda. Nah, dalam tulisan di atas, Taylor mencontohkannya dengan kegiatan membaca buku sambil mendengarkan musik instrumental. Menurut Taylor, bagian otak yang digunakan untuk membaca buku berbeda dengan bagian otak yang digunakan untuk mendengarkan musik instrumental. Karena itulah, mendengarkan musik instrumental tak mengganggu kegiatan membaca buku.

Bagaimana halnya dengan membaca buku sambil berbicara di telepon dan mengirimkan pesan instan di media sosial ? Apakah kegiatan multitasking tersebut dapat dilakukan bersamaan ? Jawabannya, tentu saja tidak! Masih menurut Jim Taylor, kegiatan multitasking di mana melibatkan bagian otak yang sama merupakan kemustahilan. Yang terjadi sebenarnya bukanlah multitasking melainkan serial tasking. Dalam serial tasking, “Rather than engaging in simultaneous tasks, you are in fact shifting from one task to another to another in rapid succession,” tulis Taylor. Dalam serial tasking, alih-alih melakukan tugas-tugas secara serentak, Anda pada kenyataannya beranjak dari satu tugas ke tugas lain ke tugas lainnya secara cepat. Ini artinya, ketikasatu tugas belum selesai, Anda berganti ke tugas lain, begitu seterusnya hingga rangkaian serial tasking selesai.

Mendengarkan Musik Ketika Membaca Buku

Dari penjelasan diatas, dapat diperoleh kesimpulan yaitu bahwa efektifitas kegiatan multitasking tidak terganggu manakala salah satu tugas merupakan tugas yang otomatis. Atau, bila tidak, tugas-tugas yang terlibat di dalamnya melibatkan bagian otak yang berbeda.

Lantas, bagaimana kaitannya dengan kegiatan membaca buku sambil mendengarkan musik ? Karena kegiatan itu (membaca buku sambil mendengarkan musik) termasuk kegiatan multitasking, maka kesimpulan di atas berlaku juga untuk kegiatan tersebut.

Efektifitas kegiatan membaca buku sambil mendengarkan musik tak terganggu manakala :

1. Tugas mendengarkan musik tak membutuhkan konsentrasi dan fokus, atau

2. Tugas mendengarkan musik melibatkan bagian otak yang berbeda dengan bagian otak yang digunakan untuk membaca.

Dalam tulisan Jim Taylor di atas, telah disebutkan bahwa mendengarkan musik instrumental menggunakan bagian otak yang berbeda dengan bagian otak yang digunakan saat membaca buku. Dengan demikian, kegiatan membaca buku dapat dipadukan dengan kegiatan mendengarkan musik instrumental. Atau, dalam kata lain, Anda dapat membaca buku sembari mendengarkan musik instrumental.

Nah, sekarang pertanyaannya, bagaimana dengan jenis musik yang mengandung lirik ? Apakah efektif membaca buku sambil mendengarkan musik dengan lirik ? Untuk menjawab pertanyaan itu, mari kita simak penjelasan berikut. Sebuah riset mengenai pengaruh musik dalam kegiatan belajar dilakukan oleh Universitas Wales. Partisipan dibagi ke dalam lima kelompok yang berbeda.

Kelompok pertama diminta untuk belajar sambil mendengarkan musik (dengan lirik) yang mereka sukai; Kelompok yang kedua diminta untuk belajar sambil mendengarkan musik (dengan lirik) yang tak mereka sukai; Kelompok ketiga diminta untuk belajar di tempat yang sepi, tanpa musik; Kelompok keempat diminta untuk belajar sambil mendengarkan ujaran ‘tiga’ yang diulang-ulang; Kelompok kelima diminta untuk belajar sambil mendengarkan ujaran ‘satu, dua, tiga, dan seterusnya’ yang disebut secara acak.

Dalam riset tersebut, ditemukan bahwa partisipan pada kelompok ke-3 dan ke-4 lebih mudah menghapal pelajaran ketimbang partisipan pada kelompok ke-1, ke-2, dan ke-5. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mendengar musik (dengan lirik), baik musik yang disukai maupun musik yang tak disukai, membawa dampak negatif pada kegiatan belajar, termasuk membaca buku.

Menurut Clifford Nass, pakar komunikasi dari Universitas Stanford, hal itu dikarenakan, bagian otak yang digunakan untuk mendengarkan lirik lagu sama dengan bagian otak yang digunakan untuk memroses kata (membaca). Hal ini berarti bahwa ketika Anda belajar (membaca buku) sembari mendengarkan lagu, otak Anda berusaha untuk memroses dua hal dalam waktu yang sama, yaitu mendengarkan dan mengiterpretasikan lirik, dan memahami bacaan Anda. Akibatnya, pemahaman Anda terhadap bacaan pun terhambat oleh tugas untuk menginterpretasikan lirik.

Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Jim Taylor. Dalam artikel Technology: Myth of Multitasking, Taylor menjelaskan, “However, your ability to retain information while reading and listening to music with lyrics declines significantly because both tasks activate the language center of the brain.” Kemampuan Anda untuk memahami informasi ketika membaca sambil mendengarkan musik dengan lirik menurun secara signifikan karena kedua tugas tersebut mengaktifkan pusat bahasa dalam otak Anda.

SOLUSI

Dari penjelasan di atas, setidaknya dapat kita tarik dua kesimpulan. Yang pertama, mendengarkan musik berlirik membawa dampak yang buruk bagi kegiatan membaca buku. Yang kedua, mendengarkan musik instrumental tidak memengaruhi efektifitas kegiatan membaca buku. Dengan demikian, Anda masih dapat menikmati musik saat sedang membaca buku. Pilihlah musik instrumental sehingga pemahaman Anda terhadap materi bacaan tak terganggu dengan kegiatan mendengarkan dan menginterpretasikan lirik lagu

OUTBOUND ANAK-ANAK

Outbound merupakan suatu bentuk dari pembelajaran segala ilmu terapan yang dilakukan di alam terbuka atau tertutup dengan bentuk permainan yang efektif, yang menggabungkan antara intelegensia, fisik dan mental.

Dikutip berbeda dari pengertian diatas, pengertian Outbound Training Outbound training adalah bentuk pembelajaran perilaku kepemimpinan dan manajemen di alam terbuka dengan pendekatan yang unik dan sederhana tetapi efektif karena pelatihan ini tidak sarat dengan teori-teori melainkan langsung diterapkan pada elemen-elemen yang mendasar yang bersifat sehari-hari, seperti saling percaya, saling memperhatikan serta sikap proaktif dan komunikatif. Dimensi alam sebagai obyek pendidikan bisa menjadi laboratorium sesungguhnya dan tempat bermain yang mengasyikan dengan berbagai metodenya.

outbound2

Tujuan adanya outbound untuk anak antara lain :

  1. Mengetahui dan memahami adanya “individual differences” yaitu tiap individu adalah unik.
  2. Mampu melakukan penilaian pada diri sendiri “Self Assessment” bahwa kekuatan diri ada pada tangan kita sendiri dan pada pilihan – pilihan kita.
  3. Meningkatkan kepekaan “Self Awareness” terhadap orang lain.
  4. Meningkatkan kepercayaan diri dan keberanian mengambil risiko “Risk Taking Behavior”.
  5. Meningkatkan ketrampilan komunikasi.
  6. Mampu membuat perencanaan dengan pertimbangan risiko dan konsekuensinya.
  7. Mampu membentuk tim yang efektif / kekompakan.
  8. Meningkatkankemampuan kepemimpinan.
  9. Menumbuhkan sikap ksatria dan sportif.

Adapun beberapa permainan outbound yang dapat dijadikan referensi antara lain :

Keluarga binatang (Usia 5 tahun ke atas)

  • Golongan umur : 5 tahun ke atas
  • Tujuan permainan : ice breaking, energizer, learning dan communication 
  • Jumlah peserta : 20 – 30 orang
  • Alat dan bahan : (a) Penutup mata; (b) Kertas intruksi, berisi nomor dan gambar hewan. Kertas dipegang oleh pemandu permainan.

Nomor urut peserta Jenis hewan yang diperankan :
1 Kucing
2 Kambing
3 Kuda
4 harimau

Cara bermain:

  • Kumpulkan semua peserta
  • Bagi peserta dalam beberapa kelompok terdiri dari 4-6 orang dan disahkan.
  • Mintalah peserta untuk menghitung dan mengingat nomor mereka masing-masing
  • Berilah kertas intruksi kepada tap-tiap kelompok dan masing-masing kelompok harus mengingat jenis hewan pada kertas intruksi yang diberikan.
  • Mintalah peserta untuk menutup mata dengan kain.
  • Intruksikan semua peserta untuk berkumpul sesuai dengan jenis hewan yang diperankan.
  • Untuk memanggil serta mengumpulkan jenis hewan, peserta hanya diperbolehkan menggunakan suara hewan yang diperagakan.
  • Kelompok yang menang adalah yang dapat berkumpul lebih dulu.

Manfaat :

  • Bagi peserta, khususnya anak – anak, permainan ini dapat memperkenalkan karakteristik hewan yang ada disekitarnya.

Gajah dan semut

• Golongan umur : 6 tahun ke atas
• Tujuan permainan : ice breaking, perception dan energizer
• Jumlah peserta : idealnya sampai 25 orang

Cara bermain:

  • Mintalah peserta berkumpul membentuk lingkaran menghadap ke dalam. Pemandu berada dalam lingkaran dan sambil berjalan menghampiri peserta dengan mengucapkan kata ‘gajah atau semut ‘ berulang-ulang.
  • Pada suatu saat, berhentilah pada salah satu peserta, sambil mengucapkan kata ‘gajah atau semut’. Jika pemandu mengucapkan kata ‘gajah’ maka, peserta tersebut harus menjentikkan jari (ungkapan untuk benda yang kecil) sambil mengucapkan kata ‘besaaaaar’. Sebaliknya, jika pemandu mengucapkan kata ‘semut’, maka peserta tersebut harus merentangkan kedua tangannya dan membentuk lingkaran sambil mengucapkan kata ‘keciiiiiiiil’
  • Peserta yang lambat merespon, jawabannya salah atau atau isyarat tangan salah maka mendapat hukuman atau dinyatakan gugur.

Manfaat:

  • Permainan ini untuk melatih kosentrasi anak.

Gelas berjalan

• Golongan umur : 7 tahun ke atas
• Tujuan permainan : team building, ice breaker dan energizer
• Alat/bahan : gelas plastik/mineral, benang tali, bilah bamboo dengan panjang 1,5 meter.

Cara bermain:

  • Bagi peserta menjadi 2 kelompok terdiri 4-5 orang.
  • Peserta ditempatkan 10 meter dari tiang lomba.
  • Lomba dapat dimulai dari garis start dengan meniup peluit atau aba-aba.
  • Setelah ada aba-aba peserta berlari ke tiang untuk menggerakkan gelas plastic tsb menuju garis finish dengan cepat. Peserta hanya diperbolehkan menggunakan mulut, tanpa bantuan alat.
  • Pemenangnya adalah peserta yang dapat meniup gelas plastik dengan waktu yang singkat.

Manfaat:
• Permainan ini untuk melatih ketangkasan dan kecekatan.